Sungai Winongo, yang mengalir dari Kabupaten Sleman dan membelah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, tak luput dari ancaman banjir lahar dingin saat datangnya musim hujan. Namun karena tidak berhulu di lereng Merapi, kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir lahar dingin tidak mendapat dana bantuan dana dari Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB).
"Saya telah mengajukan dana untuk perbaikan sungai, namun pengajuan itu ditolak oleh BNPB karena sungai Winongo tidak berhulu di Merapi. Tapi faktanya saat hujan musim lalu juga rusak akibat material erupsi merapi," ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air Pemkab Bantul DIY, Yulianta, Kamis, 27 Oktober 2011.
Menurutnya kerusakan terparah sungai Winongo terjadi pada musim kemarin bersamaan dengan kejadian banjir lahar dingin yang juga merusak aliran sungai Code dan Opak. Namun demikian karena sungai Code dan Opak sudah jelas berhulu di Merapi maka mendapatkan bantuan dana dari BPNB untuk perbaikan talut atau dam sungai yang rusak akibat banjir lahar dingin.
"Dana dari BNPB sudah turun dan digunakan untuk perbaikan talut sungai Code yang jebol dengan pembuatan bronjong-bronjong. Begitupula di sungai Opak," paparnya.
Saat musim penghujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama dipastikan material merapi berupa lumpur, pasir dan batu mengalir hingga ke wilayah Bantul melalui beberapa sungai seperti Code dan Opak. Agar tidak merusak tanaman pertanian maka pintu-pintu air yang ada di dam sungai sengaja ditutup agar pasir dan lumpur tidak masuk lahan pertanian.
"Namun demikian akibatnya banyak material merapi yang menumpuk di pintu-pintu air dam sehingga sungai menjadi dangkal,"tegasnya
Alat Berat
Untuk itu diperlukan adanya pengerukan sungai agar air sungai tidak meluap. Upaya itu membutuhkan alat berat.
"Sayangnya alat berat seperti eksafator belum dipunyai Pemkab Bantul sehingga harus menyewa setiap jamnya Rp250 ribu belum termasuk tenaga yang mengoperasikannya," tambahnya.
Menurutnya dalam 3-5 tahun ke depan, masalah banjir lahar dingin setiap musim penghujan akan menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Bantul. Meskipun Bantul berada di wilayah paling selatan dibandingkan dengan Kota Yogyakarta atau Kabupaten Sleman.
"Selama 3 hingga 5 tahun kedepan. Setiap musim hujan kita mendapatkan pekerjaan rumah banjir lahar dingin karena material erupsi di lereng merapi masih puluhan juta meter kubik siap mengalir ke daerah yang lebih rendah," pungkasnya.
Menurutnya dalam 3-5 tahun ke depan, masalah banjir lahar dingin setiap musim penghujan akan menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Bantul. Meskipun Bantul berada di wilayah paling selatan dibandingkan dengan Kota Yogyakarta atau Kabupaten Sleman.
"Selama 3 hingga 5 tahun kedepan. Setiap musim hujan kita mendapatkan pekerjaan rumah banjir lahar dingin karena material erupsi di lereng merapi masih puluhan juta meter kubik siap mengalir ke daerah yang lebih rendah," pungkasnya.