Seorang ilmuwan ahli teknologi tekstil dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) berhasil mengembangkan material baru untuk bahan rompi antipeluru yang lebih ringan dan murah.
Rompi antipeluru sejak lama menggunakan bahan baku kevlar, yakni suatu serat sintesis sekuat baja. Hasilnya, rompi tersebut tahan menangkal serangan peluru, tetapi cenderung berat dan kaku. Namun, Dr Rajiv Padhye berhasil mengembangkan rompi yang terbuat dari campuran bahan wol dan kevlar.
Dengan bantuan teknologi nanowire, rompi antipeluru ini menjadi lebih ringan. Menurut Padhye, rajutan wol yang rapat mampu mengurangi ketebalan kevlar. Sementara rompi berbahan kevlar memerlukan 36 lapisan, rompi berbahan campuran kevlar-wol hanya 30 lapisan.
Pada penelitian yang didanai pihak Australian Wool Innovations serta dimuat dalam Textile Reseach Journal ini dinyatakan, biaya untuk produksi rompi juga menjadi lebih efisien. Harga material kevlar sekitar 70 dollar AS per kilogram dibandingkan dengan 12 dollar AS untuk 1 kilogram wol.
Padhye yang bekerja sama dengan koleganya, Lyndon Arnold, mengatakan, uji coba balistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa komposisi terbaik adalah 20-25 persen wol dan 80-75 persen kevlar. Ia berencana memproduksi rompi ini secara komersial. Sampai sekarang rompi masih berbentuk prototipe.