1. Listrik Wireless
Tim riset dah MIT telah menemukan cara untuk menghantar listrik tanpa media, alias wireless!
Mereka telah berhasil menghantarkan listrik tanpa media sejauh dua meter dengan menggunakan prinsip yang sama dengan bagaimana penyanyi opera dapat meretakkan gelas dari jarak jauh. Mereka mengidentifikasi bahwa getaran listrik dapat mentransfer energi antara dua titik tanpa menggunakan media dengan menggunakan resonansi.
Resonansi berarti transfer energi antara dua bidang yang berjauhan yang mempunyai frekuensi yang sama. Tim MIT menamakan konsep ini “WiTricity” (Wireless Eletricity) dan merealisasikannya dengan menyalakan lampu bohlam 60Watt dari jarak dua meter.
Professor Peter Fischer, salah satu anggota tim riset tadi, menjelaskan bahwa teknologi tadi dapat digunakan untuk perangkat yang menggunakan listrik lebih besar seperti laptop. “Selama laptop berada dalam ruangan yang menggunakan wireless power, laptop itu dapat menge*-charge secara otomatis”
Riset ini di danai oleh Army Research Office, National Science Foundation dan the Departement of Energy. Di masa depan hidup kita akan benar-benar simpel!
2. Perisai Pelindung ala Star Trek
sejumlah ilmuwan Inggris berencana meneliti apakah tameng deflektor model pesawat USS Enterprise pada film seri Star Trek bisa dipakai untuk melindungi astronot dari radiasi. Mereka menyatakan tameng magnetik itu dapat digunakan di sekeliling pesawat antariksa dan di permukaan planet untuk menangkis partikel energi berbahaya.
Mereka berharap bisa meniru medan magnet yang melindungi bumi, berikut atmosfernya. Manusia di bumi aman dari radiasi karena terlindung lapisan tebal atmosfer. Rencana ini dikemukakan dalam pertemuan astronomi Royal Astronomical Society di Preston, Inggris.
Untuk menciptakan tameng penangkis di sekeliling pesawat atau permukaan planet dan bulan, para ilmuwan harus bisa membangkitkan sebuah medan magnet dan mengisinya dengan gas terionisasi yang disebut plasma. Agar plasma ini tetap pada tempatnya, tidak melayang pergi, dibuatlah medan magnet yang stabil.
Tameng yang dipasang pada pesawat antariksa ini akan melindungi astronot di dalamnya dari radiasi partikel energik, yang sama berbahayanya dengan badai matahari besar. Ketika partikel energik berinteraksi dengan plasma, energinya melemah dan gerakan partikel memelan.
3. Sistem Kendali Komputer dengan Pikiran
para ilmuwan dari Washington University tengah menyempurnakan sebuah motede dimana komputer dan otak manusia akan saling terintegrasi.
Sebuah sensor yang dipasang pada manusia memungkinkan pengguna untuk berpikir secara spesifik tentang suara (contohnya 'oo, ah, eh'), dan menggerakan kursor di layar. Eksperimen yang telah dilakukan menunjukkan tingkat akurasi hingga 91 persen.
Eksperimen ini berbasis teknik yang disebut Electrocorticography, dimana otak manusia terkoneksi dengan komputer melalui elektroda. Cara ini biasanya digunakan dalam penyembuhan epilepsi.
"Cara tersebut memang bisa digunakan ke berbagai arah, termasuk untuk mengembangkan teknologi yang bisa mengembalikan kemampuan berkomunikasi dari pasien yang mengalami cedera otak, kerusakan pita suara, atau saluran napas," ujar asisten profesor dari Washington University, Eric C. Leuthardt MD.
Sebelumnya Tobii telah berhasil mengembangkan pengendalian komputer dengan mata yang disebut PCEye. Perangkat ini pada dasarnya bertujuan untuk membantu mereka yang kesulitan mengontrol mouse dan komputer dengan cara biasa, seperti penderita gangguan motorik.
Cara menggunakannya mudah. Setelah perangkat tersambung ke layar komputer melalui kabel USB, pengguna dapat mengontrol komputer mereka dengan aneka gerakan mata, seperti melotot, berkedip, dan sebagainya.
4.Tricorder "Star Trek" Mampu Deteksi Kanker Hitungan Menit Untuk mendeteksi kanker payudara, biasanya digunakan mamografi atau Ultrasonografi (USG).
Tapi dengan kemajuan teknologi, akan ada tricorder medis model 'Star Trek' yang bisa mendeteksi kanker hanya dalam hitungan menit. Ilmuwan cerdik asal Cambridge telah mengembangkan tricorder medis model 'Star Trek' yang mampu mendiagnosis penyakit seperti kanker payudara hanya dalam beberapa menit.Perangkat genggam ini dapat menganalisis sampel darah, urine atau air liur pasien untuk menunjukkan adanya penyakit. Perangkat yang terinspirasi dari film Star Trek ini diberi nama CliniHub, yaitu gadget yang memiliki port (lubang) untuk menempatkan sampel. Sampel bereaksi terhadap bahan kimia di dalam port, yang kemudian berubah warna untuk menunjukkan penyakit. Prinsip kerja ini hampir sama dengan prinsip pada alat tes kehamilan. CliniHub telah dikembangkan oleh Cambridge Consultants dan bekerja sama dengan XenBio Fluidics, dari California, Amerika.
"Ini bisa menjadi alat yang dapat mendeteksi penyakit di masa mendatang.
Kami sangat gembira dengan kemungkinan dari manfaat CliniHub, baik untuk pasien dan dokter di seluruh dunia," ujar Patrick Pordage, juru bicara Cambridge Consultants. Menurut Pordage, CliniHub dapat memberikan analisis penyakit yang lebih cepat dan juga dapat segera dilakukan tindakan bila seseorang didiagnosis dengan penyakit berbahaya, seperti kanker payudara.
"Teknologi ini merupakan terobosan nyata bagi kita. CliniHub terbukti bisa menjadi diagnosis penyakit masa depan dan kami percaya aplikasi ini akan terus berkembang seriring waktu," tambah Pordage.Dalam perkembangannya, alat ini diprediksi akan dapat mendeteksi hingga 20 jenis penyakit dan akan menjadi alat yang umum digunakan oleh dokter.
Bila menggunakan perangkat ini, dokter hanya perlu menyisipkan sampel darah, urine atau air liur ke dalam satu dari empat port ukuran USB yang terletak di samping. Setiap port berisi bahan kimia tertentu yang telah dirancang di Amerika Serikat untuk bereaksi dengan cara yang berbeda ketika mendeteksi antibodi dan penyakit yang berbeda.
5. Death Ray
seorang remaja asal AS berhasil membuat sebuah senjata Death Ray dalam skala yang lebih kecil. Eric Jacqmain, pemuda 19 tahun asal Indiana AS, berhasil membuat sebuah alat yang ia namakan 'Solar Death Ray 5800'.
Ia memang memiliki konsep yang agak berbeda dengan Death Ray besutan Tesla, karena temuan Jacqmain tidak menggunakan elektromagnet, melainkan memanfaatkan kekuatan panas matahari.
Solar Death Ray terbuat dari antena parabola berbahan fiberglass, yang memiliki 5800 potongan cermin kecil yang mampu merefleksikan sinar matahari ke satu titik fokus yang sama. Hasilnya, alat itu mampu melelehkan baja, aluminium, melubangi beton, dan membakar segala benda yang diletakkan di titik fokusnya. Jacqmain mengklaim, panas yang bisa dihasilkan oleh alat itu adalah 5000 kali dari panas matahari di permukaan bumi.
"Saya sempat membuat karbon menjadi uap, dengan suhu lebih dari 6500 derajat fahrenheit atau sekitar 3600 derajat celcius," kata Jacqmain. Sayang, kini alatnya itu telah musnah. Sebuah kecelakaan yang tak disengaja, membuat alat itu menyebabkan kebakaran yang kemudian menghanguskan alat itu sendiri.
Namun, Jacqmain tak putus asa. Kini ia tengah mengembangkan Solar Death Ray lain yang berkekuatan lebih besar, yakni menggunakan 32 ribu reflektor kecil. Oleh karenanya, alat ini ia namakan 'Solar Death Ray 32K'.
6. Manusia Exoskeleton
exoskeleton merupakan sejenis rangka luar bertenaga hidrolik yang dipasang pada militer dan bisa mengangkat hingga 100 kg benda untuk jangka waktu yang lama dan bisa sambil mengelilingi suatu area pula. Desainnya yang fleksibel memungkinkan pengguna untuk berjongkok, bergerak pelan dan “mengangkat” ke atas. Tidak ada joystick maupun mekanisme kontrol lainnya. Kontrolnya menggunakan indra manusia.
Tim riset dah MIT telah menemukan cara untuk menghantar listrik tanpa media, alias wireless!
Mereka telah berhasil menghantarkan listrik tanpa media sejauh dua meter dengan menggunakan prinsip yang sama dengan bagaimana penyanyi opera dapat meretakkan gelas dari jarak jauh. Mereka mengidentifikasi bahwa getaran listrik dapat mentransfer energi antara dua titik tanpa menggunakan media dengan menggunakan resonansi.
Resonansi berarti transfer energi antara dua bidang yang berjauhan yang mempunyai frekuensi yang sama. Tim MIT menamakan konsep ini “WiTricity” (Wireless Eletricity) dan merealisasikannya dengan menyalakan lampu bohlam 60Watt dari jarak dua meter.
Professor Peter Fischer, salah satu anggota tim riset tadi, menjelaskan bahwa teknologi tadi dapat digunakan untuk perangkat yang menggunakan listrik lebih besar seperti laptop. “Selama laptop berada dalam ruangan yang menggunakan wireless power, laptop itu dapat menge*-charge secara otomatis”
Riset ini di danai oleh Army Research Office, National Science Foundation dan the Departement of Energy. Di masa depan hidup kita akan benar-benar simpel!
2. Perisai Pelindung ala Star Trek
sejumlah ilmuwan Inggris berencana meneliti apakah tameng deflektor model pesawat USS Enterprise pada film seri Star Trek bisa dipakai untuk melindungi astronot dari radiasi. Mereka menyatakan tameng magnetik itu dapat digunakan di sekeliling pesawat antariksa dan di permukaan planet untuk menangkis partikel energi berbahaya.
Mereka berharap bisa meniru medan magnet yang melindungi bumi, berikut atmosfernya. Manusia di bumi aman dari radiasi karena terlindung lapisan tebal atmosfer. Rencana ini dikemukakan dalam pertemuan astronomi Royal Astronomical Society di Preston, Inggris.
Untuk menciptakan tameng penangkis di sekeliling pesawat atau permukaan planet dan bulan, para ilmuwan harus bisa membangkitkan sebuah medan magnet dan mengisinya dengan gas terionisasi yang disebut plasma. Agar plasma ini tetap pada tempatnya, tidak melayang pergi, dibuatlah medan magnet yang stabil.
Tameng yang dipasang pada pesawat antariksa ini akan melindungi astronot di dalamnya dari radiasi partikel energik, yang sama berbahayanya dengan badai matahari besar. Ketika partikel energik berinteraksi dengan plasma, energinya melemah dan gerakan partikel memelan.
3. Sistem Kendali Komputer dengan Pikiran
para ilmuwan dari Washington University tengah menyempurnakan sebuah motede dimana komputer dan otak manusia akan saling terintegrasi.
Sebuah sensor yang dipasang pada manusia memungkinkan pengguna untuk berpikir secara spesifik tentang suara (contohnya 'oo, ah, eh'), dan menggerakan kursor di layar. Eksperimen yang telah dilakukan menunjukkan tingkat akurasi hingga 91 persen.
Eksperimen ini berbasis teknik yang disebut Electrocorticography, dimana otak manusia terkoneksi dengan komputer melalui elektroda. Cara ini biasanya digunakan dalam penyembuhan epilepsi.
"Cara tersebut memang bisa digunakan ke berbagai arah, termasuk untuk mengembangkan teknologi yang bisa mengembalikan kemampuan berkomunikasi dari pasien yang mengalami cedera otak, kerusakan pita suara, atau saluran napas," ujar asisten profesor dari Washington University, Eric C. Leuthardt MD.
Sebelumnya Tobii telah berhasil mengembangkan pengendalian komputer dengan mata yang disebut PCEye. Perangkat ini pada dasarnya bertujuan untuk membantu mereka yang kesulitan mengontrol mouse dan komputer dengan cara biasa, seperti penderita gangguan motorik.
Cara menggunakannya mudah. Setelah perangkat tersambung ke layar komputer melalui kabel USB, pengguna dapat mengontrol komputer mereka dengan aneka gerakan mata, seperti melotot, berkedip, dan sebagainya.
4.Tricorder "Star Trek" Mampu Deteksi Kanker Hitungan Menit Untuk mendeteksi kanker payudara, biasanya digunakan mamografi atau Ultrasonografi (USG).
Tapi dengan kemajuan teknologi, akan ada tricorder medis model 'Star Trek' yang bisa mendeteksi kanker hanya dalam hitungan menit. Ilmuwan cerdik asal Cambridge telah mengembangkan tricorder medis model 'Star Trek' yang mampu mendiagnosis penyakit seperti kanker payudara hanya dalam beberapa menit.Perangkat genggam ini dapat menganalisis sampel darah, urine atau air liur pasien untuk menunjukkan adanya penyakit. Perangkat yang terinspirasi dari film Star Trek ini diberi nama CliniHub, yaitu gadget yang memiliki port (lubang) untuk menempatkan sampel. Sampel bereaksi terhadap bahan kimia di dalam port, yang kemudian berubah warna untuk menunjukkan penyakit. Prinsip kerja ini hampir sama dengan prinsip pada alat tes kehamilan. CliniHub telah dikembangkan oleh Cambridge Consultants dan bekerja sama dengan XenBio Fluidics, dari California, Amerika.
"Ini bisa menjadi alat yang dapat mendeteksi penyakit di masa mendatang.
Kami sangat gembira dengan kemungkinan dari manfaat CliniHub, baik untuk pasien dan dokter di seluruh dunia," ujar Patrick Pordage, juru bicara Cambridge Consultants. Menurut Pordage, CliniHub dapat memberikan analisis penyakit yang lebih cepat dan juga dapat segera dilakukan tindakan bila seseorang didiagnosis dengan penyakit berbahaya, seperti kanker payudara.
"Teknologi ini merupakan terobosan nyata bagi kita. CliniHub terbukti bisa menjadi diagnosis penyakit masa depan dan kami percaya aplikasi ini akan terus berkembang seriring waktu," tambah Pordage.Dalam perkembangannya, alat ini diprediksi akan dapat mendeteksi hingga 20 jenis penyakit dan akan menjadi alat yang umum digunakan oleh dokter.
Bila menggunakan perangkat ini, dokter hanya perlu menyisipkan sampel darah, urine atau air liur ke dalam satu dari empat port ukuran USB yang terletak di samping. Setiap port berisi bahan kimia tertentu yang telah dirancang di Amerika Serikat untuk bereaksi dengan cara yang berbeda ketika mendeteksi antibodi dan penyakit yang berbeda.
5. Death Ray
seorang remaja asal AS berhasil membuat sebuah senjata Death Ray dalam skala yang lebih kecil. Eric Jacqmain, pemuda 19 tahun asal Indiana AS, berhasil membuat sebuah alat yang ia namakan 'Solar Death Ray 5800'.
Ia memang memiliki konsep yang agak berbeda dengan Death Ray besutan Tesla, karena temuan Jacqmain tidak menggunakan elektromagnet, melainkan memanfaatkan kekuatan panas matahari.
Solar Death Ray terbuat dari antena parabola berbahan fiberglass, yang memiliki 5800 potongan cermin kecil yang mampu merefleksikan sinar matahari ke satu titik fokus yang sama. Hasilnya, alat itu mampu melelehkan baja, aluminium, melubangi beton, dan membakar segala benda yang diletakkan di titik fokusnya. Jacqmain mengklaim, panas yang bisa dihasilkan oleh alat itu adalah 5000 kali dari panas matahari di permukaan bumi.
"Saya sempat membuat karbon menjadi uap, dengan suhu lebih dari 6500 derajat fahrenheit atau sekitar 3600 derajat celcius," kata Jacqmain. Sayang, kini alatnya itu telah musnah. Sebuah kecelakaan yang tak disengaja, membuat alat itu menyebabkan kebakaran yang kemudian menghanguskan alat itu sendiri.
Namun, Jacqmain tak putus asa. Kini ia tengah mengembangkan Solar Death Ray lain yang berkekuatan lebih besar, yakni menggunakan 32 ribu reflektor kecil. Oleh karenanya, alat ini ia namakan 'Solar Death Ray 32K'.
6. Manusia Exoskeleton
exoskeleton merupakan sejenis rangka luar bertenaga hidrolik yang dipasang pada militer dan bisa mengangkat hingga 100 kg benda untuk jangka waktu yang lama dan bisa sambil mengelilingi suatu area pula. Desainnya yang fleksibel memungkinkan pengguna untuk berjongkok, bergerak pelan dan “mengangkat” ke atas. Tidak ada joystick maupun mekanisme kontrol lainnya. Kontrolnya menggunakan indra manusia.